Kamis, 27 Desember 2012

Gelar akademik dalam dunia ke teknikan

Tentunya adalah suatu kehormatan, jika ada seorang senior di bidang rekayasa teknik sipil, berkenan mampir dan memberi komentar di blog ini. 


Sarjana (dari bahasa Sanskerta, dalam bahasa Inggris: Undergraduate) adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program pendidikan sarjana (S-1). Untuk mendapatkan gelar sarjana. Secara normatif dibutuhkan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi ada juga yang menyelesaikannya dalam 3,5 (tiga setengah) tahun ataupun lebih dari 6 (enam) tahun. Hal tersebut tergantung dari kebijakan dari perguruan tinggi yang ditetapkan. Karya ilmiah yang diwajibkan dan merupakan persyaratan untuk memperolah gelar sarjana dinamakan dengan skripsi. (wikipedia)

Dalam Dunia Engineering ex: Civil Engineering, gelar kesarjanaan merupakan sebuah identitas yang sangat penting dimana gelar tersebut menjadi sebuah trademark akan kualitas seseorang. Kita kenal beberapa gelar akademik seseorang yang pernah mengenyam bangku perkuliahan secara berjenjang, antara lain Amd Untuk Diploma 3, Sarjana Teknik (S1), Sarjana Pendidikan Teknik (S1), Magister Teknik (S2), dan yang terakhir dan tertinggi Doktor (S3). namun yang menjadi sorotan penulis adalah Sarjana Pendidikan  atau Spd yang secara kebetulan penulis sendiri bergelar Sarjana Pendidikan bidang Teknik Sipil.   

"Sebenarnya apa yang membedakan gelar kesarjanaan antara Sarjana Pendidikan dan Sarjana Teknik?"

Adalah pertanyaan yang selalu ada dalam benak penulis terutama pada awal awal tahun penulis lulus kuliah, karena banyak kasus ketika melamar sebuah pekerjaan pewawancara selalu tampak kebingungan " sarjana pendidikan? kok tau autocad,kok tau etabs,kok tau mekrek? kok sarjana pendidikan melamar posisi ini?" dan beragam pertanyaan lain . Apalagi melamar pada Instansi Pemerintah atau perusahaan plat merah.. sebaiknya jangan bermimpi. karena menurut penulis, mereka  lebih mengutamakan hal yang bersifat Administratif macam gelar akademik SPD atau ST dibandingkan attitude seseorang. 


Perbedaan mendasar antara dua gelar kesarjanaan tersebut adalah dari namanya gelarnya juga sudah beda, universitas tempat keluarannyapun berbeda dimana Spd dihasilkan oleh kampus2 eks IKIP seperti UNJ, UPI, UNNES, dll sedangkan ST dihasilkan olah kampus2 non IKIP seperti UI, ITB, UGM, ITS, dll dan yang terakhir juga yang terpenting adalah materi pembelajarannya pun berbeda.

Pada kampus2 eks IKIP, pada jurusan Pendidikan Teknik Sipil atau Pendidikan Teknik Bangunan terdapat materi-materi kuliah keteknikan disamping materi-materi Pendidikan Khas IKIP karena outputnya diharapkan agar para lulusan Pendidikan Teknik Sipil atau Pendidikan Teknik Bangunan mampu menjadi tenaga pendidik atau guru pada SMK Jurusan Bangunan.

Sedangkan pada kampus2 non IKIP, pada Jurusan Teknik Sipil diisi oleh materi2 keteknikan secara penuh karena outputnya diharapkan akan lahir profesional2 di bidang Teknik Sipil.


Akan tetapi pada realitasnya Supply dan demand ternyata tidak seimbang.
Lulusan LPTK dan kebutuhan Guru SMK Bangunan terjadi Gap yang sangat tinggi,yang pada akhirnya banyak para sarjana pendidikan yang memilih karir sebagai profesional di bidang Teknik Sipil.

Dan parahnya, ternyata Industri belum mau menerima para SPd ini masuk ke dunianya, maka terjadilah underestimate  terhadap para sarjana pendidikan keteknikan ini di bandingkan para sarjana teknik lulusan non IKIP.

Namun pada kenyataannya penulis banyak menemui Sarjana Teknik Yang memiliki kemampuan Keteknikan pas pasan bahkan bila dibandingkan rekan Spd yang lain, kemampuan para ST atau insinyur ini dibawah kemampuan para Spd. Tidak semua memang,..

Dan pada akhirnya penulis teringat akan iklan obat generik tauh 90an... "beli mereknya atau obatnya?" CMIIW

Tapi hambatan yang ada sebaiknya bukan jd halangan untuk terus berkarya,
 ingatlah  penakluk  Andalusia Tariq bin Ziyad yang membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol),Dengan gagah berani ia berseru,”Kita  datang  ke  sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan,menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid. Keberanian  dan  perkataannya yang luar biasa menggugah


Mari kita tanggalkan atribut akademis kita, mari bersatu kembali dengan masyarakat dan berkaryalah 

semoga tulisan ini dapat bermanfaat.terutama bagi para pemangku kebijakan trims,,



 

Jumat, 14 Desember 2012

Cara Menjadi Kaya

Apakah anda ingin menjadi orang kaya ?

Tentu sebagian besar orang akan menjawab YA. Siapa yang tidak mau menjadi kaya, saya sendiri juga mau menjadi orang kaya. Akan tetapi tidak semua orang bisa mewujudkan hal tesebut termasuk tidak semua orang “ulet” dalam proses menjadi seseorang yang kaya. Berikut kiat-kiat untuk menjadi orang kaya. Tapi tunggu dulu kiat-kiat ini bukanlah hasil pemikiran saya, tapi hasil “browsing” sana sini dari berbagai sumber. Semoga kiat-kiat ini bisa bermanfaat bagi siapa yang membacanya, termasuk bermanfaat juga bagi saya sendiri.

1. Tentukan Definisi kaya


Menurut Majalah FORBES orang kaya adalah mereka yang sekurang-kurangnya mempunyai penghasilan 1 juta dollar Amerika setahun.

Menurut Robert T. Kiyosaky/Buckminster Fuller orang kaya adalah apabila Passive income-nya lebih besar dari biaya hidup. Passive Income adalah uang yang masuk tanpa bekerja

Kaya secara finansial artinya memiliki aset produktif di luar diri sendiri, dan mampu mempertahankan atau malah mengembangkan aset-aset produktifnya itu. Kekayaan adalah mampu mensyukuri apa yang diberikan tuhan. Tentu saja definisi kaya bagi tiap orang itu berbeda.

Apa definisi kaya menurut anda? Apakah mempunyai rumah mewah dan mobil? Atau mempunyai simpanan emas? Deposito? Apapun definisi kaya menurut anda, itu tidak masalah. Dengan mengetahui apa definisi kaya. Ini bisa mempermudah dalam mengevaluasi apakah anda sudah kaya atau belum menurut definisi anda tersebut.

2. Tentukan Tujuan yang Realistis

Tujuan secara realistis, ya. Mulailah dengan lebih realistis dan detail. Misalnya tujuan anda “Ingin mempunyai uang tabungan 1 Milyar ketika umur 40 tahun” Semakin detail tujuan anda semakin bagus. Bila anda ingin mempunyai rumah, tentukan rumah yang seperti apa, ukurannya berapa, di daerah mana, harganya berapa, di usia berapa anda membelinya dan lain-lain. Semakin realistis dan detail tujuan anda maka akan semakin baik.

3.Tentukan Cara Mendapatkan Tujuan

Tanpa mengetahui jalan atau cara mencapai suatu tujuan adalah sia-sia. Kita harus mengetahui cara apa yang akan dilakukan demi mendapatkan tujuan tersebut. Misalnya ingin mempunyai rumah, bagimana caranya memdapatkan rumah? Apakah dengan KPR atau membuat sendiri ataukah ingin menabung uang terlebih dahulu. Investasi seperti apa yang akan anda lakukan? Apakah Deposito, Reksadana, Logam mulia, sektor real dan lain-lain.

Setelah tiga tahap tersebut, maka evaluasi kembali apakah tujuan anda tercapai. Bila tidak cari tahu dimana kurangnya, apakah cara-cara yang anda lakukan kurang atau salah dan lain-lain. Ulangi tahap-tahap tersebut hingga anda berhasil mencapai hasil sesuai keinginan.

sumber : http://liziahumaam.blogspot.com/2010/04/cara-menjadi-kaya.html