Tentunya adalah suatu kehormatan, jika ada seorang senior di bidang
rekayasa teknik sipil, berkenan mampir dan memberi komentar di blog ini.
Sarjana (dari bahasa Sanskerta, dalam bahasa Inggris: Undergraduate) adalah gelar akademik
yang diberikan kepada lulusan program pendidikan sarjana (S-1). Untuk
mendapatkan gelar sarjana. Secara normatif dibutuhkan waktu selama 4
(empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi ada juga yang menyelesaikannya dalam
3,5 (tiga setengah) tahun ataupun lebih dari 6 (enam) tahun. Hal
tersebut tergantung dari kebijakan dari perguruan tinggi yang ditetapkan. Karya ilmiah yang diwajibkan dan merupakan persyaratan untuk memperolah gelar sarjana dinamakan dengan skripsi. (wikipedia)
Dalam Dunia Engineering ex: Civil Engineering, gelar kesarjanaan merupakan sebuah identitas yang sangat penting dimana gelar tersebut menjadi sebuah trademark akan kualitas seseorang. Kita kenal beberapa gelar akademik seseorang yang pernah mengenyam bangku perkuliahan secara berjenjang, antara lain Amd Untuk Diploma 3, Sarjana Teknik (S1), Sarjana Pendidikan Teknik (S1), Magister Teknik (S2), dan yang terakhir dan tertinggi Doktor (S3). namun yang menjadi sorotan penulis adalah Sarjana Pendidikan atau Spd yang secara kebetulan penulis sendiri bergelar Sarjana Pendidikan bidang Teknik Sipil.
"Sebenarnya apa yang membedakan gelar kesarjanaan antara Sarjana Pendidikan dan Sarjana Teknik?"
Adalah pertanyaan yang selalu ada dalam benak penulis terutama pada awal awal tahun penulis lulus kuliah, karena banyak kasus ketika melamar sebuah pekerjaan pewawancara selalu tampak kebingungan " sarjana pendidikan? kok tau autocad,kok tau etabs,kok tau mekrek? kok sarjana pendidikan melamar posisi ini?" dan beragam pertanyaan lain . Apalagi melamar pada Instansi Pemerintah atau perusahaan plat merah.. sebaiknya jangan bermimpi. karena menurut penulis, mereka lebih mengutamakan hal yang bersifat Administratif macam gelar akademik SPD atau ST dibandingkan attitude seseorang.
Perbedaan mendasar antara dua gelar kesarjanaan tersebut adalah dari namanya gelarnya juga sudah beda, universitas tempat keluarannyapun berbeda dimana Spd dihasilkan oleh kampus2 eks IKIP seperti UNJ, UPI, UNNES, dll sedangkan ST dihasilkan olah kampus2 non IKIP seperti UI, ITB, UGM, ITS, dll dan yang terakhir juga yang terpenting adalah materi pembelajarannya pun berbeda.
Pada kampus2 eks IKIP, pada jurusan Pendidikan Teknik Sipil atau Pendidikan Teknik Bangunan terdapat materi-materi kuliah keteknikan disamping materi-materi Pendidikan Khas IKIP karena outputnya diharapkan agar para lulusan Pendidikan Teknik Sipil atau Pendidikan Teknik Bangunan mampu menjadi tenaga pendidik atau guru pada SMK Jurusan Bangunan.
Sedangkan pada kampus2 non IKIP, pada Jurusan Teknik Sipil diisi oleh materi2 keteknikan secara penuh karena outputnya diharapkan akan lahir profesional2 di bidang Teknik Sipil.
Akan tetapi pada realitasnya Supply dan demand ternyata tidak seimbang.
Lulusan LPTK dan kebutuhan Guru SMK Bangunan terjadi Gap yang sangat tinggi,yang pada akhirnya banyak para sarjana pendidikan yang memilih karir sebagai profesional di bidang Teknik Sipil.
Dan parahnya, ternyata Industri belum mau menerima para SPd ini masuk ke dunianya, maka terjadilah underestimate terhadap para sarjana pendidikan keteknikan ini di bandingkan para sarjana teknik lulusan non IKIP.
Namun pada kenyataannya penulis banyak menemui Sarjana Teknik Yang memiliki kemampuan Keteknikan pas pasan bahkan bila dibandingkan rekan Spd yang lain, kemampuan para ST atau insinyur ini dibawah kemampuan para Spd. Tidak semua memang,..
Dan pada akhirnya penulis teringat akan iklan obat generik tauh 90an... "beli mereknya atau obatnya?" CMIIW
Tapi hambatan yang ada sebaiknya bukan jd halangan untuk terus berkarya,
ingatlah penakluk Andalusia Tariq bin Ziyad yang membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol),Dengan gagah berani ia berseru,”Kita datang ke sini tidak untuk
kembali. Kita hanya punya pilihan,menaklukkan negeri ini dan menetap di
sini, atau kita semua syahid. Keberanian dan perkataannya yang luar
biasa menggugah
Mari kita tanggalkan atribut akademis kita, mari bersatu kembali dengan masyarakat dan berkaryalah
semoga tulisan ini dapat bermanfaat.terutama bagi para pemangku kebijakan trims,,