PENAMPANG MELINTANG JALAN
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus
sumbu jalan, Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan.
Bagian-bagian
jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A.
Bagian yang langsung
berguna untuk lalu lintas .
1. jalur lalu lintas
2. lajur lalu
lintas
3. bahu jalan
4. trotoar
5. median
B. Bagian yang berguna untuk drainase jalan
1. saluran
samping
2. kemiringan melintang jalur lalu
lintas
3. kemiringan
melintang bahu
4. kemiringan
lereng
C. Bagian pelengkap jalan
1
kereb
2.
pengaman tepi
D. Bagian konstruksi jalan
1. lapisan
perkerasan jalan
2. lapisan
pondasi atas
3. lapisan
pondasi bawah
4. lapisan
tanah dasar
E. Daerah manfaat jalan (damaja)
F Daerah
milik jalan (damija)
G. Daerah pengawasan jalan
(dawasja)
JALUR LALU LINTAS
Jalur
lalu lintas {travelled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan
yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan.
Jalur lalu lintas terdiri dari
beberapa lajur (lane) kendaraan.
Lajur kendaraan yaitu bagian dari
jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian
kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah.
Jadi
jumlah lajur minimal untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut
sebagai jalan 2 lajur 2 arah.
Jalur
lalu lintas untuk 1 arah minimal terdiri dari 1 lajur lalu lintas.
Lebar lajur lalu lintas
Lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan
lebar melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu lintas
hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung di lapangan karena :
- Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan
dapat diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat.
- Lajur lalu
lintas tak mungkin tepat
sama dengan lebar kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan setiap
pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan.
- Lintasan
kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena
kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya samping seperti tidak
ratanya permukaan, gaya sentrifuga! di tikungan, dan gaya angin akibat
kendaraan lain yang menyiap.
Lebar lajur lalu lintas dipengaruhi oleh faktor-faktor
Kapasitas Dasar dan Kapasitas Mungkin.
Kapasitas Dasar dan Kapasitas Mungkin dari suatu jalan
dapat berkurang dikarenakan oleh lebar lajur yang sempit dan penyempitan lebar
bahu, hambatan di sepanjang daerah manfaat jalan, kelandaian, serta kendaraan
yang berukuran besar.
Lajur lalu lintas yang lebar mempengaruhi lebar daerah
manfaat jalan dan urbanisasi disepanjang tepi jalan.
Hubungan kapasitas jalan dengan lajur lalu lintas yang
menguraikan operasi lalu lintas pada suatu bagian jalan dengan medan yang datar
adalah sebagai berikut :
TAP = Kj * fw * fu
Dimana : TAP = (Tingkat Arus Pelayanan)
Tingkat
arus pelayanan total dalam kedua arah
(smp/jam/dua-arah
(atau jalur))
Kj = Kapasitas jalan
Fw = faktor
penyesuaian untuk jalur
Fu = faktor
penyesuaian untuk urbanisasi disepanjang jalan.
Nilai-nilai fw dapat dilihat pada tabel 2.1.. dibawah ini yang
diturunkan dari Indonesia Highway Capacity Manual (IHCM).
Tabel 2.1. Faktor penyesuaian akibat
gabungan jalur sempit dan lebar bahu yang menyempit : fw
Tipe
Jalan
raya
|
Lebar Jalur
(m)
Lebar Bahu
(m)
|
Nilai fw
|
3.50
|
3.25
|
3.00
|
Jalan raya
2 jalur
Jalan raya
berlajur
ganda
|
³ 1.75
1.25
1.00
0.75
³ 1.75
1.25
1.00
0.75
|
0.97
0.95
0.94
0.92
0.98
0.97
0.96
0.95
|
0.92
0.90
0.89
0.87
0.95
0.94
0.93
0.92
|
0.85
0.83
0.82
0.80
-
-
-
-
|
Jumlah lajur
lalu lintas
Banyaknya lajur yang
dibutuhkan sangat tergantung dari volume lalu lintas yang akan memakai jalan
tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan.
Untuk menentukan jumlah lajur diperlukan data-data sebagai berikut :
q
Kapasitas jalan
(smp/jam)
q
Koefisien penyesuaian
§
Untuk lebar daerah
manfaat jalan
§
Untuk tingkat
urbanisasi
q
Tingkat arus
pelayanan
q
Faktor penyesuaian
perbandingan volume perjam untuk satu tahun
(1 tahun = 8.760 jam)
q
Volume Lalu lintas
Standard (VLS)
Kemiringan melintang
jalur lalu lintas di jalan lurus diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase
jalan. Air
yang jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran-saluran pembuangan.
Kemiringan melintang bervariasi antara 2 % - 4 %, untuk jenis
lapisan permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti aspal atau semen.
Semakin kedap air lapisan tersebut, semakin kecil kemiringan melintang yang
dapat dipergunakan. Sedangkan untuk jalan dengan lapisan
permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti Jalan berkerikil,
kemiringan melintang dibuat sebesar 5%.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk
kebutuhan keseimbangan gaya
sentrifugal yang bekerja, di samping kebutuhan akan drainase. Besamya
kemiringan melintang yang dibutuhkan pada tikungan akan dibicarakan lebih
lanjut pada Bab IV. "Alinyemen
Horizontal".
2.2 BAHU JALAN
Bahu jalan adalah jalur
yang terletak berdampingan dengan Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai:
- ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan
yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi
mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat.
- ruangan untuk menghindarkan diri pada saat-saat
darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
- memberikan
kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan
yang bersangkutan.
- memberikan
sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.
- ruangan
pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan
(untuk tempat penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material).
- ruangan
untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat
dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.
Jenis bahu
Berdasarkan
tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas:
·
Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang
hanya dibuat dari material perkerasan
jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit lempung.
Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak
begitu banyak jumlahnya.
·
Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang
dibuat dengan mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih
kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras
Bahu
jenis ini dipergunakan : untuk
jalan-jalan dimana kendaraan yang
akan berhenti dan memakai bagian
tersebut besar jumlahnya, seperti di
sepanjang jalan tol, di
sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan di
tikungan-tikungan yang tajam.
Dilihat dari letaknya bahu
terhadap arah arus lalu lintas, maka bahu jalan dapat dibedakan atas :
·
Bahu
kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder), adalah bahu yang terletak
di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas.
·
Bahu
kanan/bahu dalam (rightlinner shoulder), adalah bahu yang terletak di
tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Lebar bahu jalan
Besarnya
lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh :
• Fungsi jalan
Jalan arteri
direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan lokal.
Dengan demikian jalan arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan
kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih lebar dari
Jalan lokal.
• Volume lalu lintas
Volume lalu
lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih lebar dibandingkan dengan
volume lalu lintas yang lebih rendah.
• Kegiatan disekitar jalan
Jalan yang
melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebar bahu jalan yang
lebih lebar daripada jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan
tersebut akan dipergunakan pula sebagai tempat parkir dan pejalan kaki.
• Ada atau tidaknya trotoar.
• Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksi.
Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara
0,5 - 2,5m,
Lereng melintang bahu jalan
Berfungsi atau tidaknya lereng melintang perkerasan jalan untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya sangat ditentukan oleh kemiringan melintang bagian samping jalur perkerasan
itu sendiri, yaitu kemiringan melintang bahu jalan. Kemiringan melintang bahu
yang tidak baik ditambah dengan
bahu dari jenis tidak diperkeras akan menyebabkan air hujan merembes masuk kelapisan perkerasan jalan. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan perkerasan, lepasnya ikatan antara agregat dan
aspal yang akhirnya dapat memperpendek umur pelayanan jalan.
Guna keperluan tersebut,
haruslah dibuat kemiringan melintang bahu jalan yang sebesar-besarnya tetapi
masih aman dan nyaman bagi pengemudi kendaraan. Kemiringan melintang bahu lebih besar dari
kemiringan melintang jalur perkerasan jalan.
Kemiringan melintang
bahu dapat bervariasi sampai dengan 6%, tergantung dari jenis permukaan bahu,
intensitas hujan, dan kemungkinan penggunaan bahu jalan.
Pada daerah tikungan yang tajam. kemiringan melintang
jalur perkerasan juga ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya akibat
gaya sentrifugal yang bekerja. Besar dan arah kemiringan melintang bahu harus
juga disesuaikan demi keamanan pemakai jalan dan fungsi drainase itu sendiri.
Perubahan kelandaian
antara kemiringan melintang perkerasan jalan dan bahu (roll over) maksimum 8%.
2.3 TROTOAR (Jalur Pejalan Kaki/Side
Walk)
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan
dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan
kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb.
Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat
tergantung dari volume pedestrian dan
volume lalu lintas pemakai jalan tersebut.
Lebar trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh
volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi
jalan. Untuk itu lebar 1,5 - 3,0 m merupakan nilai yang umum dipergunakan.
2.4 MEDIAN
Pada arus lalu lintas yang
tinggi seringkali dibutuhkan median guna memisahkan arus lalu lintas yang
berlawanan arah, Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah Jalan untuk
membagi Jalan dalam masing-masing arah.
Secara garis besar median berfungsi sebagai:
- menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana
pengemudi masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat.
- menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/
mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan
arah.
- menambah
rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi.
- mengamankan
kebebasan samping dari masing-masing arah arus lalu lintas.
Untuk memenuhi
keperluan-keperluan tersebut di atas, maka median serta batas-batasnya harus dapat
dilihat nyata oleh setiap mata pengemudi baik pada siang hari maupun pada malam
hari serta segala cuaca dan keadaan. Lebar median bervariasi antara 1,0 -12
meter
Median dengan lebar
sampai 5 meter sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan
pembatas agar tidak dilanggar kendaraan. Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas tetapi semakin
mahal biaya yang dibutuhkan.
Jalur tepian
median
Di samping median
terdapat apa yang dinamakan jalur tepian median, yaitu jalur yang terletak
berdampingan dengan median (pada ketinggian yang sama dengan jalur perkerasan).
Jalur tepian median ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan samping dari arus
lalu lintas.
Lebar jalur tepian
median dapat bervairiasi antara 0,25 - 0,75 meter dan dibatasi dengan marka
berupa garis putih menerus.
2.5 SALURAN SAMPING
Saluran
samping terutama berguna untuk :
·
mengalirkan air dari permukaan perkerasan
jalan ataupun dari bagian luar jalan,
·
menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada
dalam keadaan kering tidak terendam air.
Umumnya bentuk saluran samping trapesium, atau empat persegi
panjang.
Untuk daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah
sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari
konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar, sedangkan di daerah
pedalaman dimana pembebasan jalan bukan menjadi masalah, saluran samping umumnya
dibuat berbentuk trapezium. Dinding saluran dapat mempergunakan pasangan batu
kali, atau tanah asli.
Lebar dasar saluran disesuaikan dengan besarnya debit yang
diperkirakan akan mengalir pada
saluran tersebut, minimum sebesar 30 cm.
Landai dasar saluran
biasanya dibuatkan mengikuti kelandaian
dari jalan. Tetapi pada kelandaian jalan yang cukup besar, dan saluran
hanya terbuat dari tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak lagi mengikuti
kelandaian Jalan. Hal ini untuk
mencegah pengkikisan oleh aliran air.
Kelandaian dasar saluran dibatasi sesuai dengan material dasar saluran, Jika terjadi perbedaan
yang cukup besar antara kelandaian dasar saluran dan
kelandaian jalan, maka perlu dibuatkan
terasering.
Talud untuk saluran
samping yang berbentuk trapesium dan tidak diperkeras adalah 2H:1V, atau sesuai
dengan kemiringan yang memberikan kestabilan lereng yang aman. Untuk saluran samping yang
mempergunakan pasangan batu, talud dapat dibuat 1:1.
2.6 TALUD KEMIRINGAN LERENG
Talud jalan umumnya dibuat 2H:1V. tetapi untuk tanah-tanah yang mudah longsor
talud jalan harus dibuat sesuai
dengan besarnya landai yang
aman, yang diperoleh dari
perhitungan kestabilan lereng.
Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi
rumput saja
2.7 KEREB
Yang dimaksud dengan kereb
adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama dimaksudkan
untuk keperluan-keperluan drainase,
mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberikan
ketegasan tepi perkerasan.
Pada umumnya kereb
digunakan pada jalan-Jalan di
daerah perkotaan, sedangkan
untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika jalan
tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau
apabila melintasi perkampungan
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas
·
Kereb peninggi (mountable curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas Untuk
kemudahan didaki oleh kendaraan
maka kereb harus mempunyai
bentuk permukaan lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm.
·
Kereb
penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama
di median, trotoar, pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar
antara 25 - 30 cm.
·
Kereb berparit (gutter
curb), adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase
perkerasan Jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem
drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar dari
perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya
berkisar antara 10-20 cm.
·
Kereb penghalang berparit (barrier gutter curb), adalah kereb penghalang yang direncanakan
untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20
- 30 cm.
2.8 PENGAMAN TEPI
Pengaman tepi bertujuan
untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika terjadi kecelakaan, dapat
mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan di sepanjang
jalan yang menyusur jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan yang tajam,
pada tepi-tepi jalan dengan tinggi timbunan lebih besar dari 2,5 meter, dan
pada jalan-jalan dengan kecepatan
tinggi.
Jenis pengaman tepi
Pengaman tepi dapat dibedakan atas :
- Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard
rail)
Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika
bertujuan untuk melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan
mengembalikan kendaraan ke arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan
kecepatan yang makin kecil sepanjang pagar pengaman. Dengan adanya pagar pengaman diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba berhenti atau
berguling ke luar badan jalan.
·
Pengaman tepi dari beton (parapet)
Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk
dipergunakan pada jalan dengan kecepatan rencana 80 - 100 km/Jam.
·
Pengaman tepi dari
tanah timbunan
Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana
≤ 80 km/jam.
·
Pengaman tepi dari batu kali
Tipe ini dikaitkan terutama untuk keindahan (estetika)
dan pada jalan dengan kecepatan rencana ≤ 60 km/jam.
- Pengaman tepi dan balok kayu
Tipe ini
dipergunakan umuk kecepatan
rencana ≤. 40 km/jam dan pada daerah parkir
2.9 LAPISAN PERKERASAN JALAN
Lapisan Perkerasan Jalan dapat dibedakan atas lapisan permukaan,
lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan tanah dasar. Bagian ini
lebih lanjut dapat dibaca pada buku "Perkerasan Lentur Jalan Raya"
2.10 RUANG MANFAAT JALAN
(rumaja)
Daerah Manfaat Jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas,
dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
2.11 RUANG MILIK JALAN (rumija)
Daerah Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu.
Biasanya pada jarak tiap
1 km dipasang patok DMJ berwama kuning.
Sejalur tanah tertentu diluar Daerah Manfaat
Jalan tetapi di dalam Daerah Milik
Jalan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan
jalan antara lain untuk keperluan pelebaran
Daerah Manfaat Jalan dikemudian hari.
2.12 RUANG PENGAWASAN JALAN (ruwasja)
Daerah Pengawasan Jalan adalah sejalur tanah
tertentu yang terletak di luar Daerah
Milik Jalan, yang penggunaannya diawasi oleh Pembina Jalan, dengan maksud agar
tidak mengganggu pandangan pengemudi
dan konstruksi bangunan jalan, dalam hal tidak cukup luasnya Daerah milik
Jalan.